Pages

Kamis, 18 Juli 2013

PRASASTI GONDOSULI TEMANGGUNG JATENG

Prasasti Gondosuli merupakan salah satu obyek wisata sejarah, bahkan bisa disebut paling bersejarah di Kabupaten Temanggung. Dari tempat inilah wisatawan bisa memperoleh gambaran mengenai kehidupan social budaya masyarakat Temanggung tempo dulu.
Prasasti ini terletak di Desa Gondosili Kecamatan Buu. Jaraknya hanya sekitar 13 km arah barat etm. Diulis pada tahun 832, sesuai dengan candrasengkala yang ada, Prasasti Gondosuli menjadi saksi bisu kejayaan Dinasti Sanjaya, terutama di masa pemerintahan Rakai Patahan (Rakaryan Patapan Pu Palar) sebagai raja di Mataram Hindu (Mataram Kuno).
Nama Rakai Patapan juga dapat dijumpai dalam Prasasti Karang Tengah yaitu ditulis pada tahun 824. Secara keseluruhan luas lokasi situs ini sekitar 4.992 m2.
Untuk menjaga keutuhannya disekeliling prasasti diberikan bangunan beratap seng dan diberi pagar keliling dari bersi. Hai ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan lebih memberi perlindungan kepada benda yang sangat bersejarah tersebut.

BERWISATA KE MASA LALU 
Prasasti adalah segala bentuk tulisan ynag digoreskan atau dipahatkan pada batu, lontar, logam dan benda keras lainnya, yang menyimpan berbagai sumber sejarah di masa lalu. Sebagian besar sejarah Indonesia pun bisa direkam dengan baik setelah adanya penemuan sejumlah prasasti di berbagai daerah.
Dalam prasasti selalu terdapat informasi tentang kejadian di masa lalu. Misalnya pembebasan tanah bagi wilayah-wilayah yang ditetapkan dalam prasasti, penetapan tanah perdikan, perebutan tanahm pembagian kekayaan, puji-pujian kepada air suci yang jernih, angka yang menunjuk tahun tertentu dan sebagainya.
Berdasarkan penelitian Prasasti Gondosuli memuat 11 baris tulisan, ditulis dengan huruf Jawa Kuno, tetapi menggunakan bahasa Melayu Kuno. Bahkan bentuk tulisannya mirip prasasti-prasasti di daerah Sriwijaya Andalas (Sumatera).
Prasasti Gondosuli ditulis/dipahat pada batu besar dengan panjang 290 cm, lebar 110 cm dan tinggi 100 cm, sedangkan bidang yag ditulis berukuran 103 x 54 cm2.
Pada baris pertama terdapat tulisan “Nama Syiwa Om Mahayana, sahin mendagar wa’zt tanta pawerus darma”. (Bakti kepada Desa Siwa, Om Mahayana (Orang Besar). Di semua batas hutan pertapaan, tua dan muda, laki-laki dan perempuan, mendengarkan hasil pekerjaan/ perbuatan yang baik).
Prasasti ini berisi penghibahan tanah, dimana tanah itu digunakan untuk bangunan suci/ candi, serta untuk memperingati pembangunan patung raja (Hyang Haji) disebuah preseda yang disebut Sang Hyang Wintang.

CANDI GONDOSULI
SELAIN prasasti, ditemukan pula reruntuhan bebatuan candi yang berserakan disekitarnya. Belum diketahui berapa luas candi tersebut, karena bentuknya sudah tidak utuh lagi.
Batu-batu yang berserakan itu diperkirakan hanya bagian atas candi, sedangkan sebagian besar bangunan candi terpendam dalam tanah. Pernah ada upaya dari pihak terkait, yaitu Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah, untuk melakukan penggalian. Tapi upaya ini dihentikan karena tanah diatas bangunan candi yang terpendam digunakan untuk pemakaman umum. Bahkan ada makam seorang tokoh agama, Kiai Rofi’I, yang dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Ahli purbakala dari Australia, Prof Dr JG Casparis, menduga candi Gondosuli dibangun pada abad ke-9. Casparis juga memperkirakan kalau bentuk bangunan candi ini tidak berbeda jauh dari bangunan-bangunan candi yang dibangun pada abad tersebut dan berada disekitarnya.
Candi-candi yang dimaksud Casparis antara lain puluhan candi di Dieng, candi Gedongsongo, dan candi Pringapus di Temanggung. Candi Gondosuli, yang berasitektur Hindu, diperkirakan juga dibangun Rakai Patapan. Ia merupakan salah seorang anak dari sanjaya, raja pertama Mataram Hindu. Rakai Patakan sendiri merupakan raja ke-5.

PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN GONDOSULI
LOKASI situs Prasasti Gondosuli relatif mudah dijangkau, karena ada fasilitas jalan selebar 6 meter dan beraspal. Selain itu, banyak angkutan umum yang melewati kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung.
Misalnya angkutan umum dengan rute Magelang-Secang-Temanggung-Wonosobo dan sebaliknya, atau Semarang-Secang-Temanggung-Wonosobo dan sebaliknya.
Begitu memasuki desa Gondosuli, suasana pedesaan sangat terasa menyambut pengunjung. Apalagi pada sisi kanan dan kiri jalan terhampar tegalan-tegalan luas, yang ditanami berbagai macam tanaman perkebunan. Mulai dari Tembakau, Cengkeh, dan sebagainya.
Tak jauh dari pintu gerbang objek wisata Situs Prasasti Gondosuli, terlihat pegunungan, rumah-rumah, perkampungan, dan area persawahan yang hijau membentang luas dan berlapis-lapis, sehingga terlihat Artistik. Secara keseluruhan, panorama alam khas pedesaan ini sangat indah, dibalik udara sejuk yang menyegarkan.
Jika berangkat dari Secang, maka sekitar 12 km selepas dari kota temanggung, Anda akan menjumpai jalan simpang di kota kecamatan Bulu (RS Ngesti Waluyo). Dari sini, perjalanan diteruskan sekitar 3 km menuju lokasi Situs yang berada ditengah-tengah perkampungan dan tegalan.
Prospek pengembangan Wisata di Desa Gondosuli cukup cerah. Selain bisa dijadikan Wisata Pendidikan dan Wisata Sejarah, kawasan ini juga bisa disinergikan dengan genre-genre Wisata baru. Misalnya Wisata Belanja. Apalagi sebagian warga Desa Gondosuli menjadi perajin tas mendong dan akar wangi. Kerajinan ini bisa ditularkan kepada warga Desa lainnya, kemudian dibuat klaster-klaster. Tanaman mendong dan akar wangi di tenun dan dijadikan tas wanita, keset, tempat kosmetik, tempat pakaian kotor, dan berbagai peralatan rumah tangga lainnya yang menarik dan artistik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar