Pages

Rabu, 31 Juli 2013

GEDUNG JOANG 45 JAKARTA

Seperti kata Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya”. Sebagai generasi penerus bangsa ini sudah selayaknya mengenang kembali perjuangan para pahlawan bangsa, salah satunya dengan berkunjung ke museum atau tempat-tempat bersejarah.
Di  Jakarta, cukup banyak  museum yang bisa dikunjungi, baik peninggalan jaman perang dunia maupun museum hasil koleksi pribadi seseorang. Museum Juang 45 atau yang lebih dikenal dengan Gedung Juang 45 adalah salah satunya. Berlokasi di kawasan Menteng, dulunya lebih dikenal dengan Menteng 31, karena letaknya yang berada di jalan Menteng No.31, Jakarta Pusat. Gedung ini bersejarah bagi bangsa Indonesia mulai dari persiapan kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan.
Bangunan yang dibangun sekitar tahun 1920-an ini dulunya milik keluarga pengusaha Belanda yang bernama LC Schomper yang  menetap lama di Batavia. Oleh Schomper bangunan ini didirikan untuk dijadikan Hotel, dengan nama Hotel Schomper 1. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan disisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.
Bangunan kamar penginapan yang tersisa saat ini tinggal beberapa yang ada di sisi utara gedung utama, saat ini dipergunakan sebagai ruang perpustakaan dan kantor pengelola Museum Juang 45.
Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) dan menguasai Batavia, hotel tersebut diambil alih oleh pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai seorang Jepang, “Simizu”.
Di kantor inilah kemudian diadakan program pendidikan politik yang dimulai pada 1942 untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya pemerintah Jepang. Dan sejak itu namanya kemudian diganti dengan nama Gedung Menteng 31.
Setelah jaman kemerdekaan, gedung ini pernah digunakan untuk kantor Kementrian Pengerah Tenaga rakyat, dan Kantor Dewan Harian Nasional 45. Tempat ini sendiri resmi dijadikan Museum sejak 19 Agustus 1974 oleh Presiden Soeharto, setelah dilakukan direnovasi.
Arsiteturnya Bergaya Eropa.
Bangunan Gedung juang 45 ini bergaya arsitektur eropa dengan pilar-pilar besar dibagian depan  dilapisi cat putih. Di bagian dalamnya sendiri ada beberapa ruangan yang digunakan sebagai ruang pameran museum. Dan dilengkapi  pendingin ruangan (AC).
Gedung Juang 45 ini memamerkan foto-foto dokumentasi sejarah perjuangan bangsa kurun waktu 1945-1950. Terdapat juga sejumlah lukisan perjuangan, patung tokoh pejuang dan panji. Koleksi lainnya berupa mobil REP1 dan REP2, mobil dinas resmi Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta, serta sebuah koleksi mobil pribadi Bung Karno yang pernah terkena bom atau yang dikenal dengan tragedi Cikini.
Di kawasan Gedung Juang 45 ini sendiri terbagi menjadi beberapa bangunan. Bangunan utama yang merupakan museum, lalu ada bangunan di kiri dan kanan bangunan utama yang digunakan sebagai kantor pengelola Museum, ruang Sinema Juang dan ruang perpustakaan untuk anak-anak. Dibagian belakang dari bangunan museum ada ruang pamer mobil dinas pertama kepresidenan RI dan wakilnya.
Ada juga bangunan tambahan yang  dibangun pada masa Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, diperuntukkan untuk kantor Dewan harian Angkatan 45 dan Kantor Dewan harian Angkatan 45 cabang DKI Jakarta, Kantor Wirawati Catur Panca Nasional dan DKI Jakarta.

MUSEUM SATRIA MANDALA JAKARTA

Museum TNI Satria Mandala diresmikan pada 5 Oktober 1972 oleh Presiden Soeharto. Gedung museum ini sebelumnya dikenal sebagai Wisma Yaso, tempat kediaman Ratna Sari Dewi Soekarno dan tempat Bung Karno disemayamkan sebelum dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Museum TNI Satria Mandala merupakan salah satu sarana dalam pembinaan dan pelestarian jiwa serta semangat kejuangan di lingkungan TNI bersama rakyat. Selain itu merupakan sarana yang efektif untuk mewariskan nilai-nilai juang 45 dan nilai-nilai luhur TNI 45 secara utuh dan berlanjut. Kepribadian dan jatidiri TNI sebagai pejuang prajurit maupun prajurit pejuang dapat dicermati melalui benda sejarah yang terdapat di Ruang Panji-panji, Ruang Jenderal Sudirman, Ruang Jenderal Oerip Sumohardjo, Ruang Tanda Jasa, Ruang Potret TNI, Ruang Senjata, Balairung Pahlawan, dan Ruang Pakaian Seragam.
Rangkaian cerita yang menggambarkan sejarah perjuangan TNI disajikan dalam bentuk diorama. Di halaman luar museum terdapat berbagai peralatan yang pernah dipergunakan oleh TNI, dalam menghadapi lawan yang merongrong kedaulatan negara, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain pesawat terbang, peluru kendali, kendaraan tempur, dan meriam. Dengan mencermati benda-benda sejarah yang ada di museum ini, kita memperoleh inspirasi, pelajaran dari pengalaman masa lalu.

MUSEUM NASIONAL GAJAH JAKARTA

Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah, adalah sebuah museum yang terletak di Jakarta Pusatdan persisnya di Jalan Merdeka Barat 12 Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara


Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. J.C.M. Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti menjadi dasar untuk pendirian museum.
Di masa pemerintahan Inggris (1811-1816), Sir Thomas Stamford Raffles yang juga merupakan direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No. 3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Lokasi gedung ini sekarang menjadi bagian dari kompleks Sekretariat Negara.
Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan gedung yang hingga kini masih ditempati. Gedung museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelola menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 September 1962. Sejak itu pengelolaan museum dilakukan olehDirektorat Jenderal Kebudayaan, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata sehubungan dengan dipindahnya Direktorat Jenderal Kebudayaan ke lingkungan kementerian tersebut.
Museum Nasional juga dikenal sebagai Museum Gajah karena dihadiahkannya patung gajah berbahan perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada tahun 1871 yang kemudian dipasang di halaman depan museum. Meskipun demikian, sejak 28 Mei 1979, nama resmi lembaga ini adalah Museum Nasional Republik Indonesia.

KEBUN BINATANG RAGUNAN JAKARTA

Kebun Binatang Ragunan adalah sebuah kebun binatang yang terletak di daerah RagunanPasar MingguJakarta Selatan,Indonesia. Kebun binatang seluas 140 hektar ini didirikan pada tahun 1864. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi yang terdiri dari 295 spesies dan 4040 spesimen.
Ragunan sempat ditutup selama sekitar tiga minggu sejak 19 September 2005 karena hewan-hewan di dalamnya ada yang terinfeksi flu burung, namun dibuka kembali pada 11 Oktober.

Kebun Binatang Ragunan adalah kebun binatang pertama di Indonesia. Kebun binatang ini didirikan pada tahun 1864 dengan nama Planten En Dierentuin yang berarti "Tanaman dan Kebun Binatang." Terletak pada tanah seluas 10 hektare di kawasanCikiniJakarta Pusat yang merupakan pemberian seorang pelukis ternama Indonesia, Raden Saleh. Saat itu, Planten En Dierentuin dikelola oleh Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna Batavia yang tergabung dalam Culturule Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia.
Tahun 1949, nama Planten En Dierentuin diubah menjadi Kebun Binatang Cikini dan pada tahun 1969 dipindahkan ke kawasanRagunanPasar MingguJakarta Selatan pada tahun 1964. Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 hektare yang menjadi rumah bagi kebun binatang ini. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin meresmikan Taman Margasatwa Ragunan pada22 Juni 1966.

AIR TERJUN OTAK KOKOQ LOMBOK

Air Terjun Otak Kokoq adalah salah satu obyek wisata yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Air Terjun Otak Kokoq ini hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal yang menjadi pilihan favorit bagi pelajar yang menghadapi liburan sekolah dan hari minggu. Air Terjun Otak Kokoq ini yang terletak di Desa Montong Betok, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Obyek wisata Air Terjun Otak Kokoq ini yang dulunya terkenal mampu menyembuhkan bebagai macam penyakit ini berada di wilayah kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Konon, ketika seorang yang berpenyakitan mandi di sini, maka air bekas mandi akan berubah menjadi putih, persis seperti air bekas cucuin beras. Dari keterangan warga setempat, air terjun ini mampu menyembuhkan penyakit reumatik, pegal-pegal, kudis, panu dan kurap.
Fasilitas
Di Air Terjun Otak Kokoq ini juga ada fasilitasnya yaitu : kolam renang baik untuk dewasa atau anak-anak, tempat peristirahatan dan hutan lindung.

BANYUMELEK LOMBOK

Jika Anda memutuskan untuk tidak menyisihkan dana untuk membeli cendera mata saat berkunjung ke Lombok, Anda salah besar. Di sini Anda akan menemukan benda-benda kerajinan yang bisa menjadi koleksi Anda atau menjadi tanda mata bagi orang-orang terkasih. Atau jika Anda pecinta kuliner, Anda bisa memesan ayam taliwang, membeli madu atau manisan rumput laut yang asam manis.
Cendera Mata Khas Lombok
Banyak kerajinan yang dapat dijadikan cedera mata khas Lombok, ketika berkunjung ke Lombok. Kerajinan yang bisa diborong di Lombok mulai dari gantungan kunci, aneka kaus, kain tradisional, aneka guci, kendi, hiasan dinding, hingga kalung mutiara.
Aneka cendera mata ini bisa diperoleh di pusat suvenir di tengah kota atau dibandara Selaparang. Namun jika ingin puas Anda bisa membelinya langsung di pusat kerajinan. Kain tenun, kerajinan gerabah, madu, dan manisan rumput lain mudah ditemui di Lombok Tengah.
Desa Sukarara adalah penghasil kain tenun khas Lombok. Harganya beragam dengan kualitas sedang hingga kualitas ekspor. Harga yang lebih murah dengan kualitas sedang bisa didapatkan di dusun tradisional Sade. Kepiawaian Anda menawar diperlukan di sini.
Beralih ke kerajinan keramik, di desa Banyumulek wisatawan akan disuguhi pemandangan aneka jenis keramik yang tertata indah. Ada kendi, tempayan, guci, tutup gelas, dan hiasan dinding. Warna hijau pada gucinya unik, demikian juga hiasan kulit telur yang menghiasi beberapa guci.
Tidak jauh dari  Banyumulek, wisatawan akan menjumpai pusat kudapan seperti manisan rumput laut dengan beraneka rasa. Di tempat yang sama pengunjung bisa membeli madu dan susu kuda liar. Susu ini diyakini menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Tidak sedikit yang membelinya untuk sanak saudara yang menderita penyakit.
Wisata belanja Anda tidak akan berhenti di pusat kudapan. Oleh-oleh yang murah meriah seperti kaus dan gantungan kunci dapat dibagikan ke teman-teman atau untuk koleksi pribadi. Harga kaos termasuk murah.
Dengan Rp 20 ribu wisatawan bisa membungkus satu helai kaos dengan kualitas sedang. Motifnya beragam, namun yang laris umumnya tulisan dan gambar tentang berbagai tempat wisata di Lombok, serta motif cicak.
Mutiara Lombok
Kepuasan belanja Anda tidak akan maksimal tanpa berkunjung ke pusat kerajinan mutiara. Mutiara Lombok terkenal hingga ke mancanegara.
Uniknya mutiara boncel atau yang permukaannya tidak halus malah nilainya lebih tinggi daripada mutiara yang permukaannya halus. Mutiara alam juga harganya sangat mahal dibandingkan mutiara suntik. Mutiara ini bisa dibeli per butir atau yang telah dijalin indah dalam bentuk gelang atau kalung. Oleh-oleh yang akan disambut hangat oleh para kaum hawa.


Pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk wisata belanjan bagi para wisatawan baik Domestik maupun Mancanegara, dengan menjamurnya industri kerajinan di beberapa tempat di Pulau Lombok menjadikanya sebagai tempat berbelanja yang sangat menyenangkan.
Tempat tempat berbelanja di Pulau Lombok yang bersifat tradisional maupun yang modern, semua menawarkan aneka jenis dan bentuk barang yang memikat.

KAMPUNG RAMBITAN SADE LOMBOK

Dusun Sade, salah satu dusun tradisional yang masih asli. Dusun Sade tepatnya berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Rumah-rumah penduduk dibangun dari konstruksi bambu dengan atap dari daun alang-alang. Penghuninya berpencaharian sebagai petani. Jumlah mereka relatif tidak bertambah karena keluarga yang baru menikah kalau tidak mewarisi rumah orang tuanya akan membangun rumah di tempat lain. Disamping arsitektur rumah, sistim sosial dan kehidupan keseharian mereka masih sangat kental dengan tradisi masyarakat Sasak tempo dulu.
Dusun Sade dapat mewakili untuk disebut sebagai Desa Wisata di NTB ,layaknya Desa Wisata di daerah lain.  Sebab, masyarakat yang tinggal di dusun tersebut semuanya adalah Suku Sasak. Mereka hingga kini masih memegang teguh adat tradisi. Bahkan,  rumah adat khas Sasak juga masih terlihat berdiri kokoh dan terawat di kawasan ini.
Suku Sasak adalah penduduk asli dan mayoritas di Pulau Lombok, NTB. Konon, kebudayaan masyarakat terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam kitab itu, Suku Sasak disebut “Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi”.
Sedangkan kebudayaan Suku Sasak itu  diantaranya terekam dalam rumah adat Suku Sasak. Alasannya, rumah  memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya sebagai tempat secara individu dan keluarga secara jasmani, tetapi juga dalam pemenuhan kebutuhan jiwa atau spiritual.
Rumah adat Suku Sasak, jika diperhatikan dibangun berdasarkan nilai estetika dan kearifan lokal. Orang sasak mengenal beberapa jenis bangunan adat yang menjadi tempat  tinggal dan juga tempat ritual adat dan ritual keagamaan. Rumah adat suku Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek).  Lantai dari tanah liat yang dicampur kotoran kerbau dan abu jerami. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengeras, sekeras semen. Cara membuat lantai seperti itu sudah diwarisi sejak nenek moyang mereka.
Bahan bangunan seperti kayu dan bambu didapatkan dari lingkungan sekitar. Untuk menyambung bagian-bagian kayu, mereka menggunakan paku dari bambu. Rumah suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah, tidak memiliki jendela.
Dalam masyarakat Sasak, rumah memiliki dimensi kesakralan dan keduniawian. Rumah adat Sasak selain sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat ritual sakral sebagai manifestasi keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang, penunggu rumah dan sebagainya.
dusun sade kampung rembitan 2 Rumah Adat Dusun Sade, Refleksi Budaya Sasak
Dusun Sade Kampung Rembitan (c) archiculturaltourism.wordpress.com
Lihat Gallery Photo Keunikan Rumah Adat Dusun Sade disini
Perubahan pengetahuan, bertambahnya jumlah penghuni dan berubahnya faktor  eksternal seperti faktor keamanan, geografis dan topografis, menyebabkan perubahan terhadap fungsi dan bentuk fisik rumah adat. Hanya, konsep pembangunannya seperti arsitektur, tata ruang dan polanya tetap menampilkan karakteristik tradisional.
Karena itu, untuk menjaga kelestarian rumah adat, orang tua  Suku Sasak biasanya berpesan kepada anak-anaknya jika ingin membangun rumah. Jika tetap mau tinggal didaerah setempat, maka harus membuat rumah seperti model dan bahan bangunan yang sudah ada. Tapi, jika ingin membangun rumah permanen seperti di kampung-kampung lain pada umumnya, mereka dipersilahkan keluar dari kampung tersebut.

Pembangunan Rumah Adat Sade

Bahan pembuat rumah adat suku Sasak diantaranya kayu penyanggga, bambu, bedek untuk dinding, jerami dan alang-alang untuk atap, kotoran kerbau atau kuda sebagai bahan campuran pengeras lantai, getah pohon kayu banten dan bajur, abu jerami sebagai bahan pengeras lantai.
Waktu pembangunan, biasanya berpedoman pada papan warige dari primbon tapel adam dan tajul muluk. Tidak semua orang mampu menentukan hari baik. Biasanya mereka bertanya kepada pimpinan adat.
Orang Sasak meyakini waktu yang baik memulai membangun rumah adalah bulan ketiga dan keduabelas penanggalan Sasak yakni Rabiul Awal dan Dzulhijjah. Pantangan yang dihindari untuk membangun rumah adalah pada Muharram dan Ramadhan. Menurut kepercayaan, rumah yang dibangung pada bulan itu cenderung mengundang malapetaka, seperti penyakit, kebakaran, sulit rezeki dan lain-lain.
Orang Sasak selektif dalam menentukan tempat pembangunan rumah. karena mereka meyakini tempat yang tidak tepat akan berakibat kurang baik, seperti i bekas perapian, bekas pembuangan sampah, bekas sumur, posisi tusuk sate (susur gubug).
Orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq lenget).
Rumah adat Sasak pada atapnya berbentuk gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2 meter dari permukaan tanah (pondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dinding dari bedek, hanya mempunyai satu ukuran kecil dan tidak ada jendela.
Ruangannya (rong) dibagi menjadi inak bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalam berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2X2 meter persegi atau empat persegi panjang. Sempare diletakkan diatas, posisi menggantung di langit-langit atap.
Ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem sorong (geser). Diantara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/kuda, getah dan abu jerami.
Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Pembangunan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga tapi juga kebutuhan kelompok.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari berbagai macam diantaranya Bale Tani, Bale Jajar, Barugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonder, Bale Beleq Bencingah dan Bale Tajuk. Nama bangunan disesuaikan dengan fungsi masing-masing.
Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk bale jajar hampir sama dengan bale tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya.
  1. Berugaq/sekepat berbentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa dinding, penyangganya dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Berugaq biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani.
    Berugaq berfungsi tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Berugaq juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar/pacaran).
    Sedangkan sekenam bentuknya sama dengan berugaq, hanya sekenam mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
  2. Bale Bonder adalah bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki para pejabar desa, dusun/kampung.  Bale bonder biasanya dibangun di tengah pemukiman atau di pusat pemerintahan desa/kampung. Bale bonder digunakan sebagai tempat pesangkepan/persidangan atas, seperti tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat dan sebagainya.
  3. Bale Beleq adalah satu sarana penting  bagi sebuah kerajaan. Bale itu diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar kerajaan sehingga sering disebut juga “bencingah”.
    Upacara kerajaan yang dilakukan di bale beleq adalah Pelantikan pejabat kerajaan, penobatan putra mahkota kerajaan, pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (pendita) kerajaan, tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen kerajaan dan sebagainya.
  4. Bale Tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan  rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale Tajuk berbentuk segilima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga santana.
  5. Bale Gunung Rate  biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, bale balaq dibangun dengan tujuan menghindari bencana banjir. Oleh karena itu, biasanya berbentuk rumah panggung.
Selain bangunan itu, ada bangunan pendukung yakni Sambi, Alang dan Lumbung. Sambi, tempat menyimpan hasil pertanian. Alang sama dengan lumbung berfungsi untuk menyimpan hasil pertanian, hanya alang bentuknya khas, beratapkan alang-alang dengan lengkungan 3/4 lingkaran namun lonjong dan ujungnya tajam ke atas. Lumbung, tempat untuk menyimpan berbagai kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang sebab lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah.

TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI LOMBOK

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) adalah salah satu ekosistem dengan tipe hutan hujan pegunungan dan savana yang terletak di Pulau LombokNusa Tenggara Barat. TNGR ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.280/Kpts-II/1997 dengan luas 40.000hA walaupun dilapangan luasnya lebih dari 41,000hA.

GILI NANGGU LOMBOK

Nama Gili Nanggu memang kalah tenar dibanding Gili Trawangan atau Gili Air. Namun justru berkat statusnya yang minim pamor itulah ia jadi menarik dikunjungi. Satu yang pasti, pesisir maupun area diving di pulau ini relatif aman dari serbuan turis, jadi Anda bisa leluasa berwisata.
Gili Nanggu terletak sekitar 60 kilometer sisi barat daya Mataram, terapit oleh Gili Tangkong dan Gili Sudak. Dengan luas hanya 12,5 hektare, pulau ini bisa habis dijelajahi dalam waktu sehari. Gili Nanggu dapat dicapai menggunakan perahu motor selama 15 menit dari Pelabuhan Tawun. Opsi rute lainnya adalah lewat Pelabuhan Lembar dengan waktu tempuh kira-kira 20 menit.
Hamparan pasir putih dan papan bertuliskan ”Welcome to Gili Nanggu” menyambut pengunjung di dermaga. Suasana pulau sangat hening. Tak banyak orang berkeliaran, baik warga lokal mau-pun pelancong asing. Sepi, indah, dan asri, tak heran pulau ini dijuluki paradise island.
Hanya ada satu penginapan di sini, yakni Gili Nanggu Cottages & Bungalow. Desain bangunannya mengadopsi arsi-tektur rumah tradisional Sasak, suku asli Lombok. Bentuknya rumah panggung dengan atap mirip kubah. Angin laut menembus dinding dan menyejukkan interior .
Naik kano dan bersepeda adalah cara paling seru untuk menyerap kemolekan Gili Nanggu. Tapi bagi pencinta kehidupan laut, aktivitas paling menarik di sini tentu saja snorkeling dan diving. Alam bawah laut pulau masih sangat terawat. Ikan aneka warna dan jenis, mulai dari ikan badut hingga Napoleon, berenang lincah di antara koral. Cukup sebarkan potongan kecil roti, dijamin para biota laut tersebut akan langsung terpikat untuk menghampiri Anda. Peralatan snorkeling disewakan dengan tarif Rp75 ribu.
Guna mendukung usaha pelestarian lingkungan dan mengukuhkan moto perusahaan sebagai penginapan eco-friendly, sejak 1995 Gili Nanggu Cottages & Bungalow membuka sebuah kawasan konservasi penyu yang hingga kini sudah menetaskan lebih dari 10 ribu telur. Dilandasi kesadaran usaha ini tak mungkin berhasil tanpa melibatkan publik, pihak cottage mengundang para pengunjung pulau untuk ikut serta dalam prosesi pelepasan tukik ke laut.
Sekotong
Lombok merupakan produsen mutiara berkategori south sea pearl (jenis terbaik) yang berjasa menempatkan Indonesia dalam daftar negara penghasil mutiara terbesar di dunia, bersama Australia, Cina, dan Jepang. Dari semua pusat peternakan mutiara di Lombok, Sekotong adalah yang paling masyhur.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat membuka kawasan Sekotong sebagai destinasi wisata pelesir kedua setelah Senggigi. Daerah ini masih tergolong asri. Hamparan pasir putih dan hutan lebat membalut pulau tanpa banyak terusik oleh kehadiran bangunan. Hanya segelintir resor dan penginapan yang berdiri di sini; beberapa masih dalam tahap konstruksi. Kalau pun ada pengunjung, paling hanya orang-orang sekitar yang datang untuk menyalurkan hobi memancing.

AIR TERJUN SENDANG GILE LOMBOK

Ingin merasakan kesegaran alam saat Anda berada di Lombok, caranya cukup mudah, datang saja ke Air terjun Sendang Gile. Air terjun ini merupakan tempat yang wajib dikunjungi saat Anda berkunjung ke Lombok. Airnya sangat dingin dan sejuk karena berasal dari Gunung Rinjani. Letaknya berada di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan terdiri dari dua tingkatan, dimana tingkat pertama air itu meluncur  dari atas tebing dan jatuh ke dasar kolam dibawahnya. Selanjutnya dari kolam ini air meluncur ke bawah membentuk tingkatan kedua dan jatuh membentuk sungai yang ada di bawahnya. Dasar air sungai ini relatif datar sehingga kerap dimanfaatkan para pengunjung untuk mandi di bawah air terjun.
Nama Air Terjun Sendang Gile sendiri konon berasal dari cerita penduduk setempat yang secara tidak sengaja menemukan air terjun ini saat memburu singa gila yang mengganggu dan masuk ke sebuah kampung. Singa itu kemudian lari dan masuk ke hutan. Dari kejadian itulah kemudian masyarakat menamakan air terjun itu sebagai Sendang Gile.
Tak hanya itu, penduduk setempat juga mempercayai bahwa air terjun ini memiliki unsur magis yang bisa membuat seseorang menjadi lebih muda satu tahun dari usianya apabila membasuh muka atau mandi dengan air terjun tersebut. Nah, di dekat air terjun ini ada sesuatu yang cukup unik, Anda mungkin sudah biasa jika mendengar kata Jembatan gantung, tetapi bagaimana kalau Anda mendengar kata Jembatan Berlubang?. Disini Anda dapat menjumpai Jembatan Berlubang yang di dalam jembatan terdapat aliran air irigasi , dengan bentuk berlubang di bagian tengahnya.

Lokasi

Air terjun ini berjarak kurang lebih 60 km dari ibu kota Mataram. Untuk menuju ke desa Senaru diperlukan waktu sekitar 2 hingga 3 jam dengan kendaraan roda empat dari pusat kota Mataram. Ada dua rute yang bisa ditempuh untuk menuju kesana, yaitu pertama melalui Pusuk dan kedua melalui Pantai Senggigi. Tidak ada kendaraan umum yang menuju langsung ke lokasi ini. Oleh sebab itu para pengunjung biasanya menyewa kendaraan di rental-rental mobil atau motor yang banyak ditemukan di pusat kota (Mataram atau Cakranegara).
Selanjutnya dari pintu masuk di desa Senaru ke lokasi air terjun, Anda harus berjalan kaki menuruni 315 anak tangga melalui sebuah lembah yang cukup terjal dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Belum ada penginapan di sekitar lokasi air terjun ini, alternatif adalah Camping Ground atau menyewa rumah di sekitar Desa Senaru untuk menginap.

KAMPUNG BAYAN LOMBOK



Desa Bayan yang terletak di Utara Lombok merupakan masyarakat Sasak yang masih memegang teguh adat istiadatnya. Mereka sangat menjaga tradisi dan peninggalan nenek moyangnya tetapi tidak juga menolak kemajuan jaman.

PURA LINGSAR LOMBOK


Pura ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.

PURA MERU LOMBOK

Peninggalan Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara, dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura utama.

TAMAN MAYURA LOMBOK

Ada banyak cerita sejarah di balik berdirinya Taman Mayura. Seperti tentang burung Merak, Bale Kambang, Taman Kalepug dan asal usul didirikannya taman yang terletak di Kecamatan Cakranegara Mataram tersebut. Dan setelah Anda menyimak semua ceritanya, Anda akan terpana, betapa kekayaan negeri ini memang sudah dimulai sejak jaman kerajaan.
Dalam bahasa Sansekerta, Mayura berarti burung Merak. Taman yang dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem pada 1744 ini pada awalnya bernama Taman Kalepug yang berati suara jatuhnya air di telaga. Nah, mengapa berganti menjadi Mayura karena pada kala itu banyak ular di kawasan taman ini. Untuk mengusir ular, didatangkanlah burung Merak dari Palembang untuk memangsanya. Sejak itulah Taman Kalepug berganti nama menjadi Mayura. Kini yang tersisa hanyalah relief-relief burung Merak yang semakin menyakinkan bahwa legenda tentang ular dan burung Merak memang ada.
Taman Mayura merupaka saksi keberadaan kerajaan Singasari dan orang-orang Bali di Lombok pada abad ke-19. Uniknya di taman ini Anda akan menemui betapa sejak dahulu kala semangat perbedaan sudah ada dipelihara oleh raja-raja Singasari dan Mataram. Bale Kambang atau bangunan terapung di tengah kolam Taman Mayura menceritakan hal itu. Dalam Bale Kambang kita akan menjumpai patung-patung yang bercirikan Muslim, Cina, dan Jawa. Patung yang mencirikan Muslim berada di bagian Barat, timur dan utara Bale Kambang bersebelahan dengan bangunan linggih yang kental corak Hindu Balinya. Pada saat itu, Bale Kambang dipakai untuk mengadili suatu perkara pada jaman penjajajahan Belanda.
Oya, ada hal unik lagi dari Taman Mayura ini. Jika mengunjunginya, Anda harus menggunakan selendang kecil panjang berwarna merah. Setiap pengunjung harus mengikatkan selendang ini di pinggang. Cara mengikatkannya pun tidak boleh sembarangan. Bagi yang telah menikah maka simpul selendang harus terletak di sebelah kiri. Jika sudah mempunyai kekasih, simpul berada di sebelah kanan. Sedangkan bagi yang masih sendiri alias single simpul selendang berada di tengah-tengah. Menarik bukan? Mengikat selendang pada pinggang mempunyai makna bahwa pada saat kita masuk ke dalam kawasan suci diharapkan niat jahat dan segala hal yang kurang baik dapat diikat.
Selain kekayaan sejarah dibalik pembangunan Taman Mayura, Anda bisa menikmati keelokan taman ini. Kawasan dengan luas 244, 60 meter x 138,50 meter ini sangat tertata dan terjaga kebersihannya. Deretan pohon manggis menambah sejuknya suasana Taman Mayura. Terkadang oleh guide pengunjung Taman Mayura diperbolehkan memetik buah manggis tersebut. Kolam luas yang memantulkan sinar matahari menambah eksotisme kawasan ini. Tak heran jika wisatawan baik mancanegara maupun domestik betah berlama-lama menikmati Taman Mayura.
Kini, Taman Mayura tidak hanya merupakan saksi sejarah kerajaan ratusan tahun silam dan tempat peribadatan suci, namun sebagai destinasi wisata yang memberikan hikmah tentang kerukunan beragama dan keberagaman. Taman yang berada di sekitaran kota Mataram ini bisa Anda kunjungi dengan menumpang angkutan umum dari kecamatan Narmada dengan waktu tempuh hanya 15 menit. Karena masih berada di jantung kota, Anda tidak akan kesulitan menemukan penginapan dan hotel untuk mengunjungi berbagai objek wisata kota Mataram lainnya. Beberapa penginapan yang bisa digunakan untuk sekedar melepas penat adalah Griya Asri HotelGrand Legi Hotel atau Bidari Hotel. Bagi penyuka wisata religi dan sejarah Lombok, Anda harus melengkapi destinasi wisata dengan mengunjungi Taman Narmada,Taman Suranadi serta Pura Lingsar. Selamat menyelami budaya Indonesia!