Pages

Rabu, 31 Juli 2013

GEDUNG JOANG 45 JAKARTA

Seperti kata Bung Karno, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya”. Sebagai generasi penerus bangsa ini sudah selayaknya mengenang kembali perjuangan para pahlawan bangsa, salah satunya dengan berkunjung ke museum atau tempat-tempat bersejarah.
Di  Jakarta, cukup banyak  museum yang bisa dikunjungi, baik peninggalan jaman perang dunia maupun museum hasil koleksi pribadi seseorang. Museum Juang 45 atau yang lebih dikenal dengan Gedung Juang 45 adalah salah satunya. Berlokasi di kawasan Menteng, dulunya lebih dikenal dengan Menteng 31, karena letaknya yang berada di jalan Menteng No.31, Jakarta Pusat. Gedung ini bersejarah bagi bangsa Indonesia mulai dari persiapan kemerdekaan hingga mempertahankan kemerdekaan.
Bangunan yang dibangun sekitar tahun 1920-an ini dulunya milik keluarga pengusaha Belanda yang bernama LC Schomper yang  menetap lama di Batavia. Oleh Schomper bangunan ini didirikan untuk dijadikan Hotel, dengan nama Hotel Schomper 1. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan disisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.
Bangunan kamar penginapan yang tersisa saat ini tinggal beberapa yang ada di sisi utara gedung utama, saat ini dipergunakan sebagai ruang perpustakaan dan kantor pengelola Museum Juang 45.
Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) dan menguasai Batavia, hotel tersebut diambil alih oleh pemuda Indonesia dan beralih fungsi sebagai kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang) yang dikepalai seorang Jepang, “Simizu”.
Di kantor inilah kemudian diadakan program pendidikan politik yang dimulai pada 1942 untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya pemerintah Jepang. Dan sejak itu namanya kemudian diganti dengan nama Gedung Menteng 31.
Setelah jaman kemerdekaan, gedung ini pernah digunakan untuk kantor Kementrian Pengerah Tenaga rakyat, dan Kantor Dewan Harian Nasional 45. Tempat ini sendiri resmi dijadikan Museum sejak 19 Agustus 1974 oleh Presiden Soeharto, setelah dilakukan direnovasi.
Arsiteturnya Bergaya Eropa.
Bangunan Gedung juang 45 ini bergaya arsitektur eropa dengan pilar-pilar besar dibagian depan  dilapisi cat putih. Di bagian dalamnya sendiri ada beberapa ruangan yang digunakan sebagai ruang pameran museum. Dan dilengkapi  pendingin ruangan (AC).
Gedung Juang 45 ini memamerkan foto-foto dokumentasi sejarah perjuangan bangsa kurun waktu 1945-1950. Terdapat juga sejumlah lukisan perjuangan, patung tokoh pejuang dan panji. Koleksi lainnya berupa mobil REP1 dan REP2, mobil dinas resmi Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta, serta sebuah koleksi mobil pribadi Bung Karno yang pernah terkena bom atau yang dikenal dengan tragedi Cikini.
Di kawasan Gedung Juang 45 ini sendiri terbagi menjadi beberapa bangunan. Bangunan utama yang merupakan museum, lalu ada bangunan di kiri dan kanan bangunan utama yang digunakan sebagai kantor pengelola Museum, ruang Sinema Juang dan ruang perpustakaan untuk anak-anak. Dibagian belakang dari bangunan museum ada ruang pamer mobil dinas pertama kepresidenan RI dan wakilnya.
Ada juga bangunan tambahan yang  dibangun pada masa Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, diperuntukkan untuk kantor Dewan harian Angkatan 45 dan Kantor Dewan harian Angkatan 45 cabang DKI Jakarta, Kantor Wirawati Catur Panca Nasional dan DKI Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar