Pages

Selasa, 30 Juli 2013

CANDI SIMPING BLITAR JATIM

Candi Simping terletak sekitar 3 Km dariArca Ganesha Boro. Candi Simping sendiri relatif mudah dicapai karena terletak di jalur menuju Pantai Tambakrejo dan Gua Embultuk. Dari arah Tulungagung langsung naik bus menuju Blitar, turun di pertigaan Kademangan. Menyeberanglah ke pos polisi untuk mencari angkot disana. Minta turun di Candi Simping (atau sebut saja Candi Sumber Jati jika angkotnya tak tahu).Didekat Pom Bensin Sumber Jati ada pertigaan, jalan kaki ke pertigaan tersebut sejauh 100 meter (ada papan petunjuknya). Candi berada di sisi kiri jalan. Dari arah Blitar dapat langsung naik angkot ke Simping atau Sumber jati dan turun di  pertigaan di depan Candi Simping. Perjalanan dilanjutkan berjalan kaki.

Setelah Arca Ganesha Boro, tujuan selanjutnya adalah Candi Simping. Menunggu angkot ternyata agak jarang dan itupun selalu penuh. Akhirnya memutuskan berjalan kaki. Baru berjalan setengah kilometer, termakan bujuk rayu tukang ojek yang sedang mangkal di depan Pasar Kademangan perjalanan selanjutnyapun dilanjutkan dengan naik ojek.

Candi Simping sendiri berada merupakan candi Hindu dan berada diantara persawahan dan masih masuk lagi sekitar 10 meter dari jalan desa. Sekarang, yang hanya bisa dilihat dari Candi Simping sendiri hanyalah reruntuhannya.

Saat kita melangkahkan kaki memasuki areal candi, kita akan disambut dengan lingga (personifikasi alat kelamin laki – laki) yang memanjang dengan tinggi sekitar satu setengah meter. Batu – batu candinya sendiri telah ditata rapi di pinggir areal candi. Beberapa telah direkonstruksi ulang, seperti puncak candi yang diletakkan di sudut areal candi dengan tinggi sekitar dua meter(jadi, kalau mau foto tak perlu susah payah memanjat candi :D ). Kalamakara yang berjumlah empat yang biasa menghiasi pintu masuk candi bagian atas masih utuh tanpa rusak sedikitpun.

Bangunan utama Candi Simping hanya tinggal pondasi candinya saja. Pondasi Candi Simping menghadap ke arah barat dan berukuran sekitar 8,2 m x 10,5 m.. Dari sini, kita dapat melihat konstruksi Candi Simping yang unik. Bahan penyusun Candi Simping terdiri dari batu andesit dan batu bata. Batu batanya sendiri dijadikan sebagai bahan dalam bangunan candi dan batu andesit dijadikan untuk bagian luar candi. Hal unik ini juga dapat kita temui di Candi Sanggrahan, Candi Surowono dan Candi Induk Penataran. Sebenarnya hal tersebut merupakan salah satu ciri khas bangunan pada era Majapahit. Pada bagian pusat Candi Simping terdapat sebuah batu andesit berpahatkan seekor kura – kura.
Antefik Candi Simping

Candi Simping merupakan tempat pendharmaan Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit yang wafat tahun 1309 Masehi. Di candi ini dulu pernah diketemukan arca Harihara, Dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Raden Wijaya. Arca Harihara yang masih dalam kondisi bagus dan utuh ini sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Pihak Balai Purbakala telah memiliki sketsa rekonstruksi Candi Simping. Dalam sketsa itu tergambar bentuk candi yang ramping tinggi ke atas dengan ketinggian sekitar 18 meter. Sepintas, bentuk candi mirip Candi Sawentar dan Candi Kidal. Dan karena ketiadaan dana, Candi Simping ini tak pernah direkonstruksi. Padahal, Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk pernah merenovasi candi ini pada tahun 1285 Saka (1363 M).

Aneka Relief Hewan di Candi Simping

Pada bagian pondasi candi ini masih terdapat beberapa relief hewan. Relief hewan disini sungguh beragam, ada angsa, babi hutan hingga kuda poni. Selain relief hewan, pada batu – batu candi terdapat relief suluran tanaman dan relief bunga. Ada juga hiasanpilaster candi serta aneka antefik dalam bentuk beragam nan unik.

Lingga Itu Yoni ?!


Lingga, Bukan Yoni
Candi Simping dijaga oleh dua orang juru pelihara (yang sayangnya saya lupa namanya, maaf ya pak, lagi – lagi saya lupa mencatat). Saat saya menanyakan yoni Candi Simping ( yoni merupakan simbol wanita dengan bentuk persegi dengan lubang diatasnya. Lubang ini diisi oleh lingga), bapak – bapak jupel malah bilang bahwa lingga yang didepan pintu masuk itu adalah yoni (lingga = yoni ?? ) sedangkan lingganya sendiri sekarang berada di Museum Penataran. Hal salah kaprah ini tampaknya juga dicatat oleh wartawan yang berkunjung kesini yang mewawancarai beliau – beliau sebagai narasumber.

Batu Bata Candi Simping
Relief Kura - Kura
            Walau hanyatinggal reruntuhan, Candi Simping merupakan candi yang unik karena dari sini kita bisa mengenal beberapa komponen bebatuan candi dan bagaimana bebatuan tersebut bisa laing tersambung satu sama lain hingga tidak runtuh.

            Salah satunya dengan melihat bagaimana struktur setiap bebatuan yang berbeda, seperti adanya lubang di bebatuan yang merupakan sambungan bebatuan yang lain dan bisa mengunci dengan kuat tanpa adanya semen yang ikut turut campur. Demikian juga dengan kalamakara yang pada bagian belakangnya berbentuk  seperti tangga yang kemungkinan bisa dimasukkan pada bagian berongga di bagian ambang atap candi. Hal serupa juga tampak pada beberapa arca rusak yang bagian belakangnya ternyata memanjang seperti tusuk es krim.

Walaupun candi kecil, ternyata Candi Simping merupakan candi yang ramai, kontras sekali dengan candi – candi kecil lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan Candi Simping  terkenal dikalangan warga Blitar. Terbukti dari buku daftar pengunjung, hampir setiap hari ada pengunjung yang datang ke candi ini, kebanyakan memang berasal dari luar kota. Sering juga candi ini disinggahi rombongan pelajar yang sedangstudy tour. Agaknya hal ini dikarenakan candi ini berada di jalur menuju Pantai Tambakrejo hingga membuat beberapa wisatawan yang penasaran (dan saya yakin orang yang penasaran jumlahnya sedikit) mampir ke candi ini.

Kecil dan sangat berarti, Candi Simping adalah salah satu peradaban luhur nenek moyang kita yang patut kita lestarikan dan kita jaga. Apalagi dengan mengunjungi Candi Simping serasa melihat suatu puzzle masa lampau dimana bebatuannya menunggu untuk disatukan satu dengan yang lainnya hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar