Pages

Selasa, 30 Juli 2013

ISTANA GEBANG BLITAR JATIM

WALIKOTA Blitar Samanhudi Anwar mengatakan pengambilalihan Istana Gebang oleh pemerintah sangatlah penting. Pasalnya, Istana Gebang memiliki nilai historis tinggi baik bagi warga Kota Blitar maupun rakyat Indonesia secara umum.
"Pemerintah kota maupun pemerintah provinsi berkewajiban untuk memelihara aset sejarah tersebut, agar tidak lepas ke pihak swasta," ujar Samanhudi di Blitar, kemarin.

Menurutnya Pemerintah Kota Blitar sejak periode dipimpin Walikota Djarot Syaiful Hidayat berposisi menunggu keputusan resmi keluarga. Agar Pemerintah Kota Blitar tidak dianggap menekan ataupun mempertanyakan keputusan lelang kediaman Bung Karno saat masa remaja tersebut.

"Pemerintah provinsi dalam hal ini Gubernur Jawa Timur telah membentuk tim kecil untuk menaksir nilai dan harga yang tepat untuk Istana Gebang. Penaksiran tersebut juga mempertimbangkan aspek kesejarahan dari Istana Gebang itu sendiri," ujar walikota yang baru dilantik 3 Agustus 2010 lalu ini.

Pernyataan Pemkot Blitar tersebut untuk menyikapi berita tentang keluarga besar Poegoeh Wardoyo berniat melelang aset sejarah tersebut ke publik dengan nilai penawaran sebesar 50 miliar rupiah. Selama ini Istana Gebang yang terletak di Jl. Sultan Agung 59 Kota Blitar berdiri di lahan seluas empat hektar ini kediaman Poegoeh Wardoyo, suami dari Sukarmini yang juga kakak kandung Bung Karno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Di rumah inilah, Soekarno remaja dan kedua orang tuanya pernah tinggal selama beberapa tahun.

Pemerintah Provinsi, lanjut Samanhudi, telah memberikan persentase dana pembelian tersebut, yaitu 75 persen akan ditanggung pemerintah provinsi dan 25 persen oleh Pemerintah Kota Blitar. "Akan tetapi besaran nilai tersebut akan dibicarakan lebih lanjut antara pemerintah provinsi, Pemkot Blitar dan pihak keluarga," jelas Samanhudi yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan setempat.

Selama ini, Makam Bung Karno dan Istana Gebang sebagai ikon Kota Blitar, telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat setempat. Selain menjadikan Kota Blitar sebagai ikon sejarah Bangsa Indonesia, warga Kota Blitar bisa menambah penghasilan dengan berdagang di wilayah sekitar.

Catatan Dinas Informasi dan Komunikasi Pariwisata Daerah setempat, rata-rata pengunjung makam Bung Karno dan Istana Gebang hampir 2.000 orang setiap harinya. Pada akhir pekan atau hari libur sekolah jumlah pengunjung meningkat 5.000 hingga 6.000 orang setiap harinya.

"Bahkan jika pada bulan juni atau yang disebut bulan Bung Karno pengunjung bisa mencapai 20.000 hingga 30.000 orang setiap harinya, karena Pemkot Blitar pun mengadakan agenda bulan Bung Karno yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya sejak periode Pak Djarot," jelas Samanhudi.

Oleh karena itu, Samanhudi kembali menegaskan, bahwa Makam Bung Karno dan Istana Gebang adalah aset sejarah yang tak terpisahkan dengan denyut nadi kehidupan warga di Kota Blitar. "Pemkot Blitar akan tetap mengusahakan jalan yang terbaik agar keduanya bisa disatukan dan tetap menjadi aset negara yang selanjutnya bisa dipelihara serta dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata sejarah bangsa," ucapnya.

Pemkot Blitar pun berharap kepada pihak keluarga untuk tetap berniat baik melepaskan aset Istana Gebang kepada pihak pemerintah dan tidak berupaya untuk menjual kepada pihak swasta. Sebab dikhawatirkan akan terjadi pengalihfungsian dari bangunan kesejarahan tersebut .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar