Ketika Jayamewani sedang mengambil rumput di ladang, ia terperosok ke dalam sebuah lubang. Sejumlah warga berusaha membantu Jayamenawi dengan cara membersihkan tanah penutup lubang. Mereka ternyata mendapati bahwa lubang tersebut mengarah ke dalam gua. Diperkirakan lubang tersebut merupakan lubang ventilasi Gua Jatijajar.
Gua Jatijajar terletak di Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Gua ini terletak 21 km sebelah barat daya Kecamatan Gombong.
Panjang keseluruhan Gua Jatijajar dari pintu masuk hingga pintu keluar mencapai 250 meter. Sedangkan tinggi gua mencapai 12 meter, lebarnya 15 meter, dan ketebalan langit-langitnya 10 meter. Bila diukur dari permukaan laut, tinggi Gua Jatijajar bisa mencapai 50 meter.
Gua Jatijajar mulai dibangun dan dikembangkan sebagai obyek wisata pada tahun 1975. Penggagasnya adalah Suparjo Rustam, ketika ia masih menjadi Gubernur Jawa Tengah. Yang bertindak sebagai pelaksana proyek pembangunan Gua Jatijajar adalah CV. AIS dari Yogyakarta yang dipimpin oleh Bapak Saptoto, seorang seniman deodrama yang cukup terkenal di tanah air. Setelah Gua Jatijajar terbangun, pengelolaan obyek wisata ini dilakukan oleh pihak Pemerintah Daerah Dati II Kebumen.
Di depan obyek wisata Gua Jatijajar, terdapat sebuah patung dinosaurus sebagai simbol penting dari gua ini. Pengunjung yang masuk ke dalam gua otomatis akan melewati mulut patung dinosaurus ini. Patung ini terlihat mengeluarkan air, sebagai muara dari mata air yang ada di dalam gua, yaitu dari Sendang (Sungai) Kantil dan Sendang Mawar. Air ini diyakini tidak akan habis, meski dalam kondisi cuaca kemarau sekalipun. Air ini digunakan oleh penduduk sekitar Gua Jatijajar sebagai pengairan sawah-sawah mereka.
Ketika menyusuri ruang Gua Jatijajar lebih ke dalam lagi, pengunjung akan melihat ada banyak pemandangan yang begitu indah. Ruangan di dalam gua ini diterangi dengan banyak lampu, mulai dari arah masuk hingga ke luar, sehingga pengunjung tidak perlu risau dengan kondisi penerangan di sana. Di bagian langit-langit gua terdapat sebuah lubang sebagai ventilasi gua. Di tengah-tengah ruangan terdapat kursi melingkar yang dapat digunakan sebagai tempat duduk pengunjung yang ingin istirahat, sambil melihat-lihat sekeliling ruangan dalam gua.
Bila Anda berkunjung kesini Anda bisa melihat banyak ornamen stalagtit, stalagmit, dan tiang kapur (sebagai pertemuan antara stalagtit dan stalagmit). Di sana Anda juga dapat melihat delapan buah deodrama yang dipasang, ditambah adanya patung-patung yang berjumlah 32 buah. Patung-patung tersebut menceritakan kisah tentang Raden Kamandaka, yang kemudian dikenal dengan Legenda Lutung Kasarung. Konon, Gua Jatijajar ini ini pernah menjadi tempat pertapaan Raden Kamandaka, putera mahkota Raja Pajajaran, untuk mendapat wangsit. Kenapa Raden Kamandaka sampai bertapa di daerah ini? Sebab ketika itu, Kebumen masuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Padjajaran dengan pusat ibu kotanya Bogor (Batutulis), sekarang masuk wilayah Jawa Barat. Visualisasi dari legenda tersebut bisa dilihat dalam diodrama yang ada di dalam gua.
Anda kemudian dapat melanjutkan perjalanan dengan cara menuruni tangga yang merupakan bagian dari ekor patung dinosaurus. Di ruang bawah terdapat beberapa sungai bawah tanah (sendang) yang masih aktif. Sungai-sungai itu merupakan salah satu keistimewaan Gua Jatijajar. Tercatat ada empat sendang (menurut sumber lain ada tujuh sendang, tapi data yang bisa diperoleh hanya ada empat saja), yaitu Sendang Mawar, Sendang Kantil, Sendang Jombor, dan Sendang Puser Bumi. Aliran air di Sendang Mawar melewati lubang sempit yang menembus hingga ke luar gua. Demikian halnya dengan aliran air Sendang Kantil. Konon katanya, jika pengunjung bisa mendekati dan membasuh muka dengan air di Sendang Mawar, maka ia akan awet muda. Ada pula kepercayaan bahwa jika seseorang membasuh muka atau mandi dengan air Sedang Kantil, maka niat atau cita-citanya akan cepat terkabul. Sementara itu, oleh pihak pengelola obyek wisata Gua Jatijajar, Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi sengaja dikeramatkan. Jika ingin menelusuri lorong gua melalui dua sendang tersebut, pengunjung harus mendapat ijin yang sangat ketat dari pihak pengelola.
Untuk menuju obyek wisata ini, Anda tidak perlu bingung. Sebab, lokasinya dapat dengan mudah dicapai. Pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jika ingin menggunakan kendaraan umum, pengunjung perlu naik bis umum jurusan Gombong-Jatijajar di Terminal Gombong.
Di kawasan obyek wisata Gua Jatijajar terdapat sejumlah penginapan (hotel melati dan homestay) dan rumah makan atau restoran dengan harga yang cukup terjangkau. Di sana juga terdapat sejumlah kios yang menjajakan oleh-oleh khas Kebumen, terutama makanan Lanthing. Di komplek Gua Jatijajar terdapat sebuah taman yang dapat dijadikan sebagai taman bermain dan taman keluarga. Taman ini dinamakan Pulau Kera karena memang banyak terdapat patung kera di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar