Setelah Arca Ganesha Boro, tujuan selanjutnya adalah Candi Simping. Menunggu angkot ternyata agak jarang dan itupun selalu penuh. Akhirnya memutuskan berjalan kaki. Baru berjalan setengah kilometer, termakan bujuk rayu tukang ojek yang sedang mangkal di depan Pasar Kademangan perjalanan selanjutnyapun dilanjutkan dengan naik ojek.
Candi Simping sendiri berada merupakan candi Hindu dan berada diantara persawahan dan masih masuk lagi sekitar 10 meter dari jalan desa. Sekarang, yang hanya bisa dilihat dari Candi Simping sendiri hanyalah reruntuhannya.
Saat kita melangkahkan kaki memasuki areal candi, kita akan disambut dengan lingga (personifikasi alat kelamin laki – laki) yang memanjang dengan tinggi sekitar satu setengah meter. Batu – batu candinya sendiri telah ditata rapi di pinggir areal candi. Beberapa telah direkonstruksi ulang, seperti puncak candi yang diletakkan di sudut areal candi dengan tinggi sekitar dua meter(jadi, kalau mau foto tak perlu susah payah memanjat candi :D ). Kalamakara yang berjumlah empat yang biasa menghiasi pintu masuk candi bagian atas masih utuh tanpa rusak sedikitpun.
Bangunan utama Candi Simping hanya tinggal pondasi candinya saja. Pondasi Candi Simping menghadap ke arah barat dan berukuran sekitar 8,2 m x 10,5 m.. Dari sini, kita dapat melihat konstruksi Candi Simping yang unik. Bahan penyusun Candi Simping terdiri dari batu andesit dan batu bata. Batu batanya sendiri dijadikan sebagai bahan dalam bangunan candi dan batu andesit dijadikan untuk bagian luar candi. Hal unik ini juga dapat kita temui di Candi Sanggrahan, Candi Surowono dan Candi Induk Penataran. Sebenarnya hal tersebut merupakan salah satu ciri khas bangunan pada era Majapahit. Pada bagian pusat Candi Simping terdapat sebuah batu andesit berpahatkan seekor kura – kura.
Antefik Candi Simping |
Candi Simping merupakan tempat pendharmaan Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit yang wafat tahun 1309 Masehi. Di candi ini dulu pernah diketemukan arca Harihara, Dewa gabungan Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Raden Wijaya. Arca Harihara yang masih dalam kondisi bagus dan utuh ini sekarang disimpan di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Pihak Balai Purbakala telah memiliki sketsa rekonstruksi Candi Simping. Dalam sketsa itu tergambar bentuk candi yang ramping tinggi ke atas dengan ketinggian sekitar 18 meter. Sepintas, bentuk candi mirip Candi Sawentar dan Candi Kidal. Dan karena ketiadaan dana, Candi Simping ini tak pernah direkonstruksi. Padahal, Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk pernah merenovasi candi ini pada tahun 1285 Saka (1363 M).
Pihak Balai Purbakala telah memiliki sketsa rekonstruksi Candi Simping. Dalam sketsa itu tergambar bentuk candi yang ramping tinggi ke atas dengan ketinggian sekitar 18 meter. Sepintas, bentuk candi mirip Candi Sawentar dan Candi Kidal. Dan karena ketiadaan dana, Candi Simping ini tak pernah direkonstruksi. Padahal, Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Raja Hayam Wuruk pernah merenovasi candi ini pada tahun 1285 Saka (1363 M).
Aneka Relief Hewan di Candi Simping
Lingga Itu Yoni ?!
Lingga, Bukan Yoni |
Batu Bata Candi Simping |
Relief Kura - Kura |
Salah satunya dengan melihat bagaimana struktur setiap bebatuan yang berbeda, seperti adanya lubang di bebatuan yang merupakan sambungan bebatuan yang lain dan bisa mengunci dengan kuat tanpa adanya semen yang ikut turut campur. Demikian juga dengan kalamakara yang pada bagian belakangnya berbentuk seperti tangga yang kemungkinan bisa dimasukkan pada bagian berongga di bagian ambang atap candi. Hal serupa juga tampak pada beberapa arca rusak yang bagian belakangnya ternyata memanjang seperti tusuk es krim.
Walaupun candi kecil, ternyata Candi Simping merupakan candi yang ramai, kontras sekali dengan candi – candi kecil lainnya. Hal ini mungkin dikarenakan Candi Simping terkenal dikalangan warga Blitar. Terbukti dari buku daftar pengunjung, hampir setiap hari ada pengunjung yang datang ke candi ini, kebanyakan memang berasal dari luar kota. Sering juga candi ini disinggahi rombongan pelajar yang sedangstudy tour. Agaknya hal ini dikarenakan candi ini berada di jalur menuju Pantai Tambakrejo hingga membuat beberapa wisatawan yang penasaran (dan saya yakin orang yang penasaran jumlahnya sedikit) mampir ke candi ini.
Kecil dan sangat berarti, Candi Simping adalah salah satu peradaban luhur nenek moyang kita yang patut kita lestarikan dan kita jaga. Apalagi dengan mengunjungi Candi Simping serasa melihat suatu puzzle masa lampau dimana bebatuannya menunggu untuk disatukan satu dengan yang lainnya hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar