Pananjung Pangandaran adalah semenanjung kecil
yang terletak di pantai selatan Kabupaten Ciamis, di wilayah pariwisata
Pangandaran. Menurut sejarah pembentukannya, diduga
Pananjung dulu merupakan sebuah pulau kecil, yang kemudian terhubung dengan
daratan Pulau Jawa akibat proses sedimentasi pasir. Pananjung sekarang
berstatus sebagai cagar alam. Dari tempat ini orang dapat menyaksikan keindahan
terbit dan terbenamnya matahari.
Pananjung adalah istilah orang penduduk lokal sebutan lain dari Pangandaran.
Letak panajung membentuk teluk dan diapit pantai barat & pantai timur,
diujung selatan ada cagar alam yang menghadap ke pantai laut lepas. terletak di
daerah perbatasan prov JATENG & prov JABAR. Masuk wilayah Kab Ciamis JABAR Dari Pantai Barat
Pangandaran, melihat ke samping kiri terhampar pantai pasir putih sementara di
belakangnya terlihat kawasan Cagar Alam Pananjung sebagai kawasan konservasi
flora dan fauna. Kita dapat naik perahu ke seberang sana atau memutar
melalui jalan darat masuk ke cagar alam terlebih dahulu. Mengambil jalan laut
untuk menuju Pantai Pasir Putih. kita dapat melihat perahu-perahu yang membawa
pengunjung mendarat di pantai indah ini.ke dalam kawasan konservasi Cagar Alam
Pananjung. Konon kawasan seluas 530 hektar ini memiliki kekayaan bunga Raflesia
Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera. Masuk ke dalam kawasan ini, dapat
merasakan berada di dalam hutan yang masih cukup alami
Di dalam kawasan
konservasi, menjumpai banyak kera di jalan dan di pohon. sampai bagian
ujung yaitu dekat dengan Gua Jepang. di sekitar gua sangat ramai
pengunjung dan pedagang yang menjajakan barang-barang seni kerajinan hasil
pantai. Objek wisata ini merupakan satu-satunya objek
wisata hutan yang ada di Pangandaran, Kabupaten Ciamis. Keadaan topografi
sebagian besar landai dan di beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang
terjal.
TWA Pangandaran memiliki kekayaan sumber daya hayati berupa flora dan fauna
serta keindahan alam. Hutan sekunder yang berumur 50-60 tahun dengan jenis
dominan antara lain laban, kisegel, merong , dan sebagainya. Juga terdapat
beberapa jenis pohon peninggalan hutan primer seperti pohpohan kondang, dan
benda . Hutan pantai hanya terdapat di bagian timur dan barat kawasan,
ditumbuhi pohon formasi Barringtonia, seperti butun, ketapang.
Dengan berbagai ragam flora, kawasan TWA Pangandaran merupakan habitat yang
cocok bagi kehidupan satwa-satwa liar, antara lain tando, monyet ekor panjang ,
lutung , kalong , banteng, rusa, dan landak. Sedangkan jenis burung antara lain
burung cangehgar, tlungtumpuk, cipeuw , dan jogjog. Jenis reptilia adalah
biawak , tokek, dan beberapa jenis ular, antara lain ular pucuk.
Banyaknya flora dan
fauna yang berkembang biak di sana merupakan daya tarik tersendiri. Tidak heran
jika TWA Pangadaran tidak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan. Selain
itu, TWA ini mempunyai berbagai daya tarik lainnya, seperti Batu Kalde, salah
satu peninggalan sejarah zaman Hindu. Selain itu, banyak terdapat gua alam dan
gua buatan seperti Gua Panggung, Gua Parat, Gua Lanang, Gua Sumur Mudal, dan
gua-gua peninggalan Jepang.
Daya tarik lainnya
yang berada di TWA, baik yang berada di kawasan cagar alam darat maupun cagar
alam laut, adalah Batu Layar, Cirengganis, Pantai Pasirputih di kawasan cagar
alam laut. Lalu, padang pengembalaan Cikamal, yang merupakan areal padang
rumput dan semak seluas 20 ha sebagai habitat banteng dan rusa. Air terjun yang
berada di kawasan cagar alam bagian selatan, dapat ditempuh dengan jalan kaki
selama 2 jam melalui jalan setapak.
Sejarah kawasan
Pada tahun 1922,
seorang Belanda bernama Eyken membeli tanah pertanian di pananjung Pangandaran,
kemudian memindahkan penduduk yang tinggal di daerah yang sekarang menjadi
taman wisata alam. Selanjutnya daerah tersebut dikelola sebagai daerah
perburuan pada tahun 1931.
Pada tahun 1934,
daerah tersebut diresmikan menjadi sebuah wildreservaat . Tetapi dengan
ditemukannya jenis-jenis tumbuhan penting, termasuk Raflesia patma pada tahun
1961, membuat statusnya diubah menjadi cagar alam, dengan , karena adanya
potensi yang dapat mendukung pengembangan pariwisata alam, sebagian wilayah
cagar alam yang berbatasan dengan areal permukiman statusnya diubah menjadi
taman wisata alam. Tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan di sekitar cagar
alam laut (470 ha), sehingga luas kawasan perairan di sekitar Pangandaran
seluruhnya menjadi 1.500 ha.
TWA Pangandaran mempunyai
banyak legenda, seperti legenda Gua Parat. Gua ini dulu tempat bertapa dan
bersemedi beberapa pangeran dari Mesir, yaitu Pangeran Kesepuluh (Syekh Ahmad),
Pangeran Kanoman (Syekh Muhammad), Pangeran Maja Agung, dan Pangeran Raja
Sumenda. Di dalam gua ini terdapat dua kuburan sebagai tanda bahwa di tempat
inilah Syekh Ahmad dan Muhamad menghilang (tilem).
Gua Panggung
Menurut cerita, yang
berdiam digua ini adalah Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai Pancing .
Beliau merupakan anak angkat dari Dewi Loro Kidul dan ibunya menugaskan untuk
menjaga lautan di daerah Jabar dan menjaga pantai Indonesia pada umumnya. Oleh
karena itu, beliau disebut Embah Jaga Lautan.
Gua Lanang
Gua ini dulunya
merupakan keraton pertama Kerajaan Galuh. Sedangkan keraton yang kedua terdapat
di Karang Kamulyan Ciamis. Raja Galuh adalah laki-laki (lanang) yang sedang
berkelana.
Batu Kalde atau Sapi Gumarang
Di tempat ini, menurut
cerita, tinggal seorang sakti yang dapat menjelma menjadi seekor sapi yang
gagah berani dan sakti. Sapi Gumarang adalah nakhoda kapal.
Cirengganis
Cerita ini berawal
dari adanya sebuah pemandian berupa sungai kepunyaan seorang raja bernama Raja
Mantri. Pada suatu hari, Raja Mantri pergi untuk melihat-lihat pemandiannya.
Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan
para inangnya sedang mandi. Karena terdorong oleh perasaan hatinya, Raja Mantri
mengambil pakaian Dewi Rangganis. Karena kesal, Dewi Rangganis kemudian
berkata, barang siapa menemukan bajunya, bila perempuan akan dijadikan saudara
dan bila laki-laki akan dijadikan suami.
Kawasan Konservasi
Sumber Daya Alam Pangandaran semula merupakan tempat perladangan penduduk.
Tahun 1922, ketika Y. Eycken menjabat Residen Priangan, diusulkan menjadi Taman
Buru. Pada waktu itu dilepaskan seekor Banteng, 3 ekor Sapi Betina dan beberapa
ekor rusa. Karena memiliki keanekaragam satwa yang unik dan khas serta perlu
dijaga habitat dan kelangsungan hidupnya maka pada tahun 1934, status kawasan
tersebut diubah menjadi Suaka Margasatwa dengan luas 530 ha.
Tahun 1961, setelah
ditemukan bunga Raflesia Fatma yang langka, statusnya diubah lagi menjadi Cagar
Alam. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tempat rekreasi,
maka pada tahun 1978, sebagian kawasan tersebut (37,70 ha) dijadikan Taman
Wisata. Pada tahun 1990 dikukuhkan kawasan perairan di sekitarnya sebagai Cagar
Alam Laut (470 ha), sehingga luas seluruhnya menjadi 1.000 ha.
Dalam perkembangan
selanjutnya, Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di kawasan konservasi
Pangandaran dan sekitarnya adalah: lintas alam, bersepeda, berenang, bersampan,
scuba diving, snorking dan melihat peninggalan sejarah.
Cagar alam seluar ±
530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar. Memiliki
berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan
berbagai jenis Kera. Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan
seperti: Gua Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta
sumber air Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Untuk Taman Wisata
Alam (TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis.
Indah Tempatnya, bagus banget buat refreshing Wisata Alam & dijadikan tempat Hangout
BalasHapus