Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka
merupakan Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang
berlokasi di Gedung Merdeka Bandung. Gedung yang digunakan sebagai ruang
tata pameran museum dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F. Aalbers
dengan gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences. Sedangkan
Gedung Merdeka, dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 1895 dan
selanjutnya secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung
tersebut direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang
sekarang. Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek
berkebangsaan Belanda bernama VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT SCHOEMAKER,
Profesor di Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung inilah
Konferensi Asia Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.
Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr.
Mochtar Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau
kerap bertatap muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa
Asia Afrika. Dalam kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh
pertanyaan tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung. Berulangkali
pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk
dapat mengunjungi kota Bandung dan Gedung Merdeka. Terilhami oleh hal
tersebut, maka muncullah gagasan untuk mengabadikan Konferensi Asia
Afrika (KAA) 1955 sebagai tonggak terbesar keberhasilan politik luar
negeri Indonesia. Jiwa, semangat dan pengaruh KAA telah menyebar ke
seluruh dunia, terutama bumi Asia Afrika, sehingga mereka ingin
bernostalgia mengunjungi tempat diselenggarakannya. Gagasan tersebut
diaktualisasikan dalam bentuk pendirian Museum KAA di Gedung Merdeka
Bandung. Maka pada kesempatan Forum Rapat Panitia Peringatan 25 tahun
KAA tahun 1980 yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Dr.
Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, dilontarkanlah gagasan pendirian museum tersebut . Gagasan
tersebut memperoleh sambutan baik, terutama dari Presiden Republik
Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan
25 tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan rencana tersebut.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai
Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol dan
Konsuler Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen, Pemda
Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan
Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA
diresmikan oleh Presiden Soehato pada tanggal 24 April 1980, sebagai
puncak Peringatan 25 Tahun KAA.
Tujuan pendirian Museum KAA, dirumuskan dalam poin-poin kalimat sebagai berikut:
1. Menyajikan peninggalan-peninggalan, informasi yang berkaitan
dengan KAA, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut,
sosial budaya, dan peran bangsa-bangsa Asia Afrika, khususnya bangsa
Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia;
2. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku-buku, majalah,
surat kabar, naskah, dokumen, dan penerbitan lainnya yang berisi uraian
dan informasi mengenai kegiatan dan peranan bangsa-bangsa Asia Afrika
dan Negara-negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan
dunia serta social budaya negara-negara tersebut;
3. Melakukan penelitian tentang masalah-masalah Asia Afrika dan
Negara-negara berkembang guna menunjang kegiatan pendidikan dan
penelitian ilmiah di kalangan pelajar, mahasiswa, dosen, dan pemuda
Indonesia serta bangsa-bangsa Asia Afrika pada umumnya, dan memberi
masukan bagi kebijakan pemerintah dalam kegiatan politik luar negeri;
4. Menunjang upaya-upaya dalam rangka pengembangan kebudayaan
nasional, pendidikan generasi muda, dan peningkatan kepariwisataan;
5. Menunjang upaya-upaya untuk menciptakan saling pengertian dan
kesatuan pendapat serta meningkatkan volume kerja sama di antara
bangsa-bangsa Asia Afrika dan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
6. Melalui koleksi serta sarana dan prasarana yang dimilikinya,
seperti : R. Kepala Museum, R. Administrasi, R. Perpustakaan, Souvenir
Shop, R. Pameran, R. Koleksi, Gudang Koleksi, R. Pamer Temporer, Lobby,
R. Audiovisual, Mushola, dan MCK, pengelola Museum KAA, berupaya
mewujudkan tekadnya dalam melayani pengunjung sebaik mungkin sesuai
dengan harapannya datang ke museum.
7. Dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika Tahun 2005
dan Peringatan 50 Tahun KAA tahun 1955 yang berlangsung pada tanggal
22-24 April 2005, tata pameran Museum KAA direnovasi atas prakarsa
Menteri Luar Negeri RI Dr. N. Hasan Wirayuda. Penataan kembali museum
tersebut dilaksanakan atas kerjasama Departemen Luar negeri dengan
Sekertariat Negara dan Pemerintah Provinsi jawa Barat. Sementara
Perencanaan dan Pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan
Wika Realty.
Koleksi Museum
Koleksi Museum Asia Afrika berjumlah 4.000 buah.
Penataannya dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Koleksi benda-benda tiga dimensi :
* Suasana Sidang Pembukaan Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka 18 April 1955
* Kursi rotan yang diduduki para delegasi ketika melakukan pertemuan untuk melobi dan mempererat persahabatan
* Kamera, mesin tik, dan mesin teleks yang dipakai selama konferensi berlangsung
* Terbitan prangko-prangko yang berhubungan dengan konferensi Asia Afrika
Gambar lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar