Pesona alam membentang sepanjang perjalanan. Barisan pohon pinus yang tinggi menjulang. Angin damai menyapa wajah dengan lembut, diiringi nyanyian alam rimba yang terus mewarnai suasana Tahura (Taman Hutan Raya) Ir. H. Juanda, membuat hati tak kecewa walau menempuh perjalanan ribuan senti bagi mereka yang berjalan kaki menuju lokasi.
Wisata Alam Tahura Ir. H. Juanda atau yang lebih dikenal dengan Dago Pakar dapat ditempuh sekitar 7 Km, melalui Jalan Dago (Jln. Ir. H. Djuanda). Begitu memasuki gerbang Tahura ini, kita akan disambut oleh barisan pohon pinus dengan kesegaran hutan alami. Menghirup partikel-partikel oksigen yang berada di area hutan, membuat paru-paru menjadi segar kembali, jauh dari polusi jalanan kota Bandung.
Ada 4 pintu masuk yang terdapat di sudut kawasan Tahura. Pos masuk I dan II di Pakar Dago ditempuh dari arah terminal Dago. Pintu masuk III di Kolam Pakar ditempuh dari arah PLTA Bengkok atau dari Curug Dago. Sedangkan pintu masuk 4 berada di Maribaya ditempuh dari arah Lembang.
Obyek wisata yang biasa ramai dikunjungi pada hari Minggu atau hari libur lainnya ini, mematok tarif masuk sebesar Rp. 8000,- per pengunjung. Sedangkan untuk kendaraan motor Rp. 5000,- dan mobil Rp. 10.000,- Tarif tersebut tidak akan terlalu mahal, karena pesona alam sepanjang perjalanan begitu menyejukkan mata.
Di samping itu, terdapat berbagai sarana dan prasarana di kawasan Tahura ini, antara lain pusat informasi dan museum hutan, mushola, lokasi parkir, warung makan, toilet, shelter, tempat bermain anak, lapangan tenis, sarana olahraga full up, dan jogging track.
Tahura Ir. H. Juanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman yang mempunyai potensi flora, terdiri dari tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah, untuk tumbuhan tinggi didominasi pohon pinus, sedangkan untuk tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam.
Tahura Ir. H. Juanda merupakan hutan alam sekunder dan hutan tanaman yang mempunyai potensi flora, terdiri dari tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah, untuk tumbuhan tinggi didominasi pohon pinus, sedangkan untuk tumbuhan rendah didominasi oleh lumut dan pakis sehingga berfungsi sebagai laboratorium alam.
Fauna yang terdapat di kawasan hutan di antaranya, kera ekor panjang, burung kacamata, perenjak Jawa, bondol Jawa, burung cinenen pisang, kepodang. Juga terdapat ayam hutan, musang, linsang air, tupai, dan berbagai jenis mamalia kecil lainnya. Kemudian terdapat jenis serangga yaitu capung dan kupu-kupu.
Begitu memasuki pintu masuk III, terdapat kolam PLTA Bengkok, yaitu kolam buatan pada jaman Belanda seluas 1,15 Ha yang berfungsi sebagai penampungan air dari sungai untuk PLTA Bengkok.
Sekitar 500 meter dari kolam PLTA Bengkok, kita tiba di Goa Jepang.
Terdapat empat mulut goa yang tidak menembus bukit, namun jalurnya saling berhubungan antara gua yang satu dengan lainnya. Goa yang dibangun pada tahun 1942 ini merupakan tambahan dari goa Belanda yang dikerjakan oleh rakyat pribumi secara paksa yang terkenal dengan sebutan Romusha. Fungsi goa ini sebagai penyimpanan mesiu dan senjata sekaligus tempat radio komunikasi tentara Jepang.
Berlanjut ke Goa Belanda yang letaknya sekitar 800 meter dari goa Jepang, disana kita hanya melihat satu mulut goa besar namun dikanan-kirinya terdapat satu mulut goa yang lebih kecil dan berada lebih tinggi. Konon goa yang dibangun pada tahun 1941 ini awalnya berfungsi sebagai terowongan penghubung PLTA Bengkok, namun berubah fungsi menjadi pusat stasiun radio telekomunikasi militer Hindia Belanda saat terjadi perang kemerdekaan.
Tidak ada penerangan disepanjang lorong goa tersebut, saking gelapnya sampai-sampai jari sendiri pun tidak terlihat. Bagi yang ingin masuk dan menjelajahi lorong-lorong goa Jepang maupun lorong goa Belanda, untuk penerangannya kita bisa menyewa lampu senter yang dijajakan oleh warga setempat, cukup Rp3.000 saja. Atau sebagai penghematan dana wisata, kita bisa membawa senter pribadi dari rumah.
Bagi yang belum lelah melakukan perjalanan, kita bisa melanjutkan penjelajahan wisata ke Curug Lalay yang jaraknya sekitar 5 Km dari Goa Belanda. Curug Lalay bukanlah air terjun seperti yang kita bayangkan, namun sebuah goa dengan fenomena bebatuan terjal yang digunakan sarang ribuan kelelawar dan ditengahnya mengalir air dari sungai Cikapundung.
Bagi yang belum lelah melakukan perjalanan, kita bisa melanjutkan penjelajahan wisata ke Curug Lalay yang jaraknya sekitar 5 Km dari Goa Belanda. Curug Lalay bukanlah air terjun seperti yang kita bayangkan, namun sebuah goa dengan fenomena bebatuan terjal yang digunakan sarang ribuan kelelawar dan ditengahnya mengalir air dari sungai Cikapundung.
Masih ada tempat indah lain seperti Curug Omas yang tingginya mencapai 30 meter yang berdekatan dengan wisata air panas Maribaya, fenomena alam Patahan Lembang, Curug Dago, Prasasti Thailand dan wisata flora dan fauna yang akan kita jumpai sepanjang perjalanan. Sehingga untuk menjelajahi semua kawasan wisata ini akan membutuhkan waktu lebih dari satu hari.
Banyak tempat yang dapat kita kunjungi di Tahura ini, namun mengingat jarak antara satu tempat dengan lainnya sangat jauh dengan medan yang berliku-liku, disarankan penjelajahan dilakukan dengan mengunakan kendaraan dan berangkat sepagi mungkin. Namun, bagi mereka yang ingin melakukan penjelajahan alam, berjalan kaki merupakan alternatif yang tepat.
Jadi, sudah memutuskan kemanakah liburan pekan ini? Tahura Ir. H. Juanda bisa menjadi tujuan wisata alam, khususnya bagi warga Kota Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar