Setelah jalan yang kami lewati semakin kecil dan sempit, untuk mobil yang tetap dua arah harus hati-hati. Maka kita akan menjumpai jalan-jalan yang mulai menanjak.Pemandangan mulai beralih, dari persawahan dan bukit-bukit kapur yang diolah menjadi semen ( terlihat dampaknya dimusim kemarau, pohon-pohon tampak memutih tertutup debu semen ). Kita mulai menjumpai pemandangan khas daerah pegunungan. Hamparan sawah nan hijau, berbatasan dengan kaki gunung yang banyak ditumbuhi pohon pisang. “ Koq, gunung banyak pohon pisangnya mi ? akar pohon pisangkan ngga kuat. Ngga seperti pohon jati, mangga atau yang lainnya.” Sarah bertanya. “ Mungkin mereka tanam pohon yang cepat menghasilkan.Kalau jati lama memetik hasilnya.” Abih menerangkan, dan juga memberi pendapat yang menyayangkan bahwa penebangan hutan itu akan merusak keharmonisan alam dan seterusnya….dan seterusnya….
Wuihhh, akhirnya kita memasuki kawasan wisata Desa Mekarbuana. Jalan makin menanjak, dan cukup terjal. Kelokan tajam makin sering kami jumpai. Beberapa kendaraan kami lihat ngga berani nanjak. Mereka memarkirkankendaraannya dirumah-rumah warga. Bang Ayif yakin bahwa Mitsubishi Kudanya sanggup naik sampai atas. Lumayan, kita ngga terlalu jauh berjalan kelokasi Curug Cigeuntis. Karena kalau naik ojek, untuk sampai diatas biayanya kurang lebih Rp 25.000,- per motor. Sebab jalannya selain terus menanjak juga belum mulus, bahkan bisa dibilang terjal dan banyak batu-batu besar nongol ditengah-tengah jalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar